Twibbon 17 Agustus 2023
Keren Terbaru, Tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang istimewa bagi rakyat
Indonesia, karena pada tanggal tersebut Republik Indonesia mulai berdiri
bersamaan dengan digaungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Begitu besar makna dari kemerdekaan Indonesia terhadap kelangsungan pembangunan
Indonesia. Kemerdekaan bagi seseorang adalah hak untuk mengendalikan diri
sendiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Namun, dalam kemerdekaan Negara
Indonesia hal ini berarti hak kendali penuh terhadap negara sendiri dan tidak
diatur oleh negara lain.
mari sejenak mengingat
sejarah siangkat detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sendiri dilaksanakan pada Jumat, 17 Agustus 1945 atau 17
Agustus 2605 menurut tahun Jepang, dimana teks proklamasi dibacakan oleh Ir.
Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Banyak peristiwa penting yang mewarnai
perjuangan rakyat Indonesia dalam mendeklarasikan kemerdekaannya.
Sebagaimana diketahui
setelah penjajahan Belanda, bangsa Indonesia di Jepang selama kurang lebih 3,5
Tahun. Namun, pendudukan Jepang atas Indonesia telah memberi luka yang sangat
mendalam bagi rakyat Indonesia. Untuk mengakhiri penderitaan itu berbagai upaya
telah dilakukan dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya kekalahan Jepang pada
Perang Asia Pasifik memberi keuntungan bagi Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Berikut adalah beberapa persitiwa yang terjadi sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, antara lain:
1. Jepang tunduk kepada
Sekutu
Pada 6 Agustus 1945 Kota
Hiroshima dijatuhi bom atom yang bernama “Little Boy” oleh Angkatan Udara
Amerika Serikat yang menjadi bagian dari pasukan Sekutu. Belum habis rasa
terkejut dan ketakutan rakyat Jepang atas serangan bom atom pasukan Amerika
Serikat, kembali pada 9 Agustus 1945 giliran kota Nagasaki yang dihancurkan
dengan bom atom “Fat man”. Untuk menghindari kehancuran di pihak Jepang yang
lebih mendalam maka 14 Agustus 1945 waktu New York (15 Agustus 1945 waktu
Indonesia) Kaisar Jepang, Hirohito memerintahkan untuk menghentikan perang dan
mengakui menyerah kepada Sekutu (Amerika Serikat) di atas geladak kapal perang
Amerika yang bernama USS Missouri yang sedang berlabuh di Teluk Tokyo. Dengan
demikian, di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan (vacum of power).
2. Beda Pandang antara
Tokoh Tua dan Muda
Berita menyerahnya Jepang
kepada sekutu didengar oleh Sutan Sjahrir (tokoh pemuda) dari siaran radio
Amerika (voice of America). Sjahrir segera menemui Moh. Hatta di rumahnya
setelah mendengar kabar bahwa Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat
telah kembali dari luar negeri. Sjahrir mendesak untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Ia mengatakan kepada Hatta bahwa pengumuman kemerdekaan
jangan dilakukan oleh PPKI karena akan muncul anggapan di pihak Sekutu bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Akan tetapi Hatta tidak
bisa memberikan keputusan dan mengajak Sjahrir bertemu Soekarno untuk
menanyakan permasalahan tersebut. Ketika mereka bertemu, Soekarno ternyata
tidak setuju dengan usul Sjahrir. Alasannya, pernyataan kemerdekaan adalah
wewenang PPKI sehingga tidak bijaksana ia sebagai ketua PPKI mendahului tanpa
konsultasi dengan anggota lainnya.
Para golongan muda
mempunyai pendapat sendiri tentang kemerdekaan indonesia yang sedang
dipersiapkan oleh PPKI. Setelah mereka mendengar dari radio-radio luar negeri
mengenai kekalahan Jepang terhadap Sekutu maka kemedekaan harus segera
diproklamasikan. Berawal dari D.N. Aidit yang mengumpulkan teman-teman
seperjuangannya pada 15 Agustus 1945 sore di kantor Baperki (Badan Perwakilan
Pelajar Indonesia) di Cikini 71. Saat itulah Aidit menghubungi Wikana yang juga
tokoh dari golongan pemuda untuk menghubungi teman-teman perjuangan dalam
rangka persiapan pertemuan rahasia yang akan diadakan di ruang belakang Kebon
Jarak Institut Baktereologi Pegangsaan.
Di sisi lain Hatta kembali
kedatangan dua orang pemuda, yaitu Soebadio Sastrosatomo dan Soebianto. Mereka
bermaksud sama dengan Sjahrir mendesak Hatta agar segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Hatta tetap menolaknya. Gagal mendapat
dukungan dari Hatta, kemudian Sastrosatomo dan Soebianto datang pada pertemuan
yang telah direncanakan oleh golongan muda. Pertemuan tersebut dilaksanakan
pada pukul 19.00 WIB di ruang belakang Kebon Jarak Institut Bakteriologi
Pagangsaan. Mereka yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Chaerul Saleh,
Darwis, Kusnandar, Subianto, Margono, Aidit, Djohar Nur, Pardjono, Abu Bakar,
Sudewo, Subadio, Suroto Kunto dan disusul dengan kedatangan Wikana dan
Armansjah. Bertindak sebagai pemimpin adalah Chaerul Saleh.
Pertemuan rahasia tersebut
membicarakan tentang gagasan bahwa Indonesia harus segera memproklamasikan
kemerdekaannya dengan sesegera mungkin. Gagal mendapat dukungan dari Hatta maka
pertemuan tersebut memutuskan akan menyampaikan hasilnya kepada Soekarno.
Dipilihlah wakil dari para pemuda tersebut untuk menyampaikan hasil keputusan
kepada Soekarno, yaitu Wikana sebagai ketua rombongan. Djohar Nur diperintahkan
untuk menyusun persiapan pelajar-pelajar yang ada di asramanya, dengan
kesepakatan bahwa mereka nanti akan bertemu kembali di Tjikini 71 setelah
Darwis dan Wikana menemui Soekarno.
Di kediaman Soekarno,
Wikana menyampaikan keinginan para pemuda agar Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa ia
tidak bisa memutuskannya sendiri melainkan harus berunding dengan para tokoh
lainnya mengenai kemerdekaan Indonesia. Di tengah-tengah perbincangan tersebut
datanglah Hatta, Ahmad Soebardjo, R.Boentaran, Mr. Iwa Koesoema Soemantri, Dr.
Samsi, Djojopranoto, dan Mbah Diro. Para golongan tua ini selalu bersikap
hati-hati dan tetap pada pendiriannya sesuai perjanjiannya dengan Marsecal
Terauchi, yaitu setelah rapat PPKI yang akan diadakan tanggal 18 Agustus 1945
atau tepatnya tanggal 24 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan akan dibacakan.
Golongan tua tidak berani melanggar ketentuan ini karena khawatir akan adanya
pertumpahan darah. Meskipun jepang telah kalah, kekuatan militernya yang ada di
Indonesia masih sangat kuat.
Penolakan yang disampaikan
Soekarno dan Hatta jelas mengecewakan para pemuda. Rombongan para pemuda
kemudian pamit pulang. Rombongan Wikana ternyata dijemput oleh Djohar Nur yang
diutus teman-teman pemuda yang telah menunggu terlalu lama di Institut
Bakteriologi, setelah dari rumah Soekarno mereka bertemu di Tjikini 71 sesuai
dengan kesepakatan. Dipimpin oleh Chaerul Saleh, pertemuan tersebut diawali
dengan laporan dari Wikana tentang hasil dari kunjungan ke rumah Soekarno.
Di tengah kebimbingan jalan
keluar untuk tindakan pemuda selanjutnya. Soekarni mengajukan sebuah usul.
Menurutnya Soekarno dan Moh. Hatta harus “dijemput paksa” dibawa keluar kota
Jakarta, tempat di mana kedua tokoh tersebut jauh dari pengaruh Jepang. Usul
Soekarni ini kemudian disetujui oleh semua yang hadir, dan bergeraklah para
pemuda.
3. Peristiwa Rengasdengklok
Pada Kamis, 16 Agustus 1945
dini hari, para pemuda berseragam masuk diam-diam ke rumah bung Karno. Soekarni
diikuti beberapa pemuda bersenjata “menjemput paksa” Bung Karno bersama istri
Nyonya Fatmawati dan putranya Guntur. Bung Karno dan keluarga yang telah dibawa
keluar para pemuda kemudian masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada Bung
Hatta. Mereka kemudian duduk di belakang berempat, sedangkan Soekarni duduk di
depan di samping pengemudi yaitu Winoyo Danuasmoro. Mereka dibawa sekelompok
pemuda dan anggota tentara Peta di bawah pimpinan Soekarni dan Shodancho
Singgih menuju Rengasdengklok. Mereka ditempatkan di rumah seorang warga
keturunan Tionghoa yang bernama Giau I Siong atau Djiauw Kie Siong agar tidak
mengundang kecurigaan.
Tetapi,walaupun sudah
diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno dan Moh. Hatta masih tetap dengan
pendiriannya. Sementara itu, di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat
pada 16 Agustus 1945 telah datang dan berkumpul di Gedung Pejambon (sekarang
Gedung Kementrian Luar Negeri). Akan tetapi, rapat tidak dapat berlangsung
karena tidak dihadiri oleh Soekarno dan Moh. Hatta sebagai ketua dan wakilnya.
Ahmad Soebardjo berupaya mencari tahu keberadaan Soekarno dan Moh. Hatta.
Setelah bertemu dengan Wikana akhirnya Soebardjo tahu bahwa para pemudalah yang
telah membawa pergi Soekarno dan Moh. Hatta, namun ia tidak memberitahu dimana
tepatnya Soekarno dan Moh. Hatta berada.
Sementara itu, Joesoef
Koento diutus dari Rengasdengklok untuk berunding dengan kelompok pemuda di
Jakarta. Setelah cukup berunding, Joesoef Koento ditemani Pandu Kartawiguna dan
Wikana menemui Ahmad Soebardjo. Mereka berunding dan menghasilkan kesepakatan
bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta
secepatnya. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Ahmad Soebardjo diizinkan untuk
menjemput dan membawa kembali Soekarno dan Moh. Hatta ke Jakarta. Kamis 16
Agustus 1945 pukul 16.00 WIB, Ahmad Soebardjo, Soediro, dan Joesoef Koento
pergi menjemput Soekarno di Rengasdengklok.
Di Rengasdengklok, Ahmad
Soebardjo bertemu dengan Soekarno, Hatta, Soekarni, Shodanco Subeno dan
Soetarjo Kartohadikoesoemo yang tengah melakukan perundingan. Mereka sepakat
bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan segera diumumkan di Jakarta.
Berdasarkan kesepakatan tersebut Soekarno dan Moh. Hatta dikembalikan ke
Jakarta, Kamis, 16 Agustus 1945, malam hari sekitar pukul 21.00 WIB rombongan
berangkat dengan tiga buah mobil kembali ke Jakarta.
Pagi hari 17 Agustus 1945,
halaman kediaman Ir.Soekarno dipadati oleh sejumlah massa yang berbaris dengan
tertib. Untuk menjaga keamanan kegiatan pembacaan teks Proklamasi, Dr. Moewardi
meminta kepada Shodanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan beberapa orang
anak buahnya untuk berjaga-jaga disekitar rumah Ir.Soekarno. Permintaan ini
dipenuhi oleh Shodanco Latief dengan segera memerintahkan beberapa orang
prajurit Peta berjaga-jaga disekitar jalan kereta api yang membujur kebelakang
rumahSoekarno.
Sementara itu, persiapan di
kediaman Ir. Soekarno sendiri cukup sibuk. Wakil Walikota Jakarta, Soewirjo
meminta Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu
mikrofon dan beberapa pengeras suara. Mr. Wilopo dan Nyonoprawoto pergi ke
rumah Gunawan pemilik toko “Radio Satrija” di Salemba Tengah 24 untuk meminjam
mikrofon dan pengeras suara. Gunawan mengizinkan dan mengirimkan seorang pemuda
kepercayaannya untuk melayani penggunaannya. Adapun S. Soehoed anggota Barisan
Pelopor Istimewa (Barisan Kediaman Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta) menyiapkan
satu tiang bendera dari bambu untuk pengibaran Sang Merah Putih. Bendera yang
akan diki barkan telah disiapkan oleh Nyonya Fatmawati Soekarno dan dijahit
tangan sendiri oleh beliau. Kemudian tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan
Moh. Hatta memproklamasi kan kemerdekaan Indonesia. Pidato proklamasi
digaungkan oleh Soekarno pada hari Jum’at Legi pukul 10 pagi di halaman rumah
Soekarno, Jalan Pegangsaan No. 56, Jakarta.
Setelah berakhirnya
pembacaan teks Proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah
Putih. S. Soehoed mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan
mengikatkannya pada tali dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat. Bendera
dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin spontan menyanyikan
Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari wakil walikota Soewirjo
dan Dr. Moewardi. Dengan selesainya pembacaan teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, lahirlah negara baru, Indonesia. Bangsa Indonesia sekarang duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa merdeka lain di dunia.
Demikian sejarah singkat
Proklamasi Kemerdekaan RI yang tentunya mungkin belum lengkap tetapi setidaknya
telah memberi gambaran bahwa Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan
bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan dan dilanjutkan dengan pembangunan
guna mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Adapun tema
peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78 Tahun 2023 adalah Indonesia
tangguh, Indonesia tumbuh. Tema tersebut mendeskripsikan nilai-nilai
ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh
jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik.
Deskripsi tersebut digambarkan dalam komposisi dinamis antar bentuk geometris
yang sederhana, namun kokoh, dan dalam perpaduannya bergeliat dengan energi
yang lincah.
Untuk menyemarak peringatan
HUT Kemerdekaan RI ke-78 Tahun 2023, berikut beberapa Twibbon 17 Agustus
2023 Keren Terbaru yang dapat Anda gunakan untuk menyemarkan peringatan Hari
Ulang Tahun Kemeredekaan RI Tahun 2023.
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (1)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (2)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan
RI Tahun 2023 (3)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (4)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (5)
Link
twibbon HUT
Kemerdekaan RI Tahun 2023 (6)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (7)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan
RI Tahun 2023 (8)
Link
twibbon HUT
Kemerdekaan RI Tahun 2023 (9)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (10)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI
Tahun 2023 (11)
Link
twibbon HUT
Kemerdekaan RI Tahun 2023 (12)
Link
twibbon HUT
Kemerdekaan RI Tahun 2023 (13)
Link
twibbon HUT
Kemerdekaan RI Tahun 2023 (14)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (15)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (16)
Link
twibbon HUT Kemerdekaan RI Tahun 2023 (17)
Demikian informasi
tentang Kumpulan Twibbon 17 Agustus 2023 Keren Terbaru. Semoga
ada manfaatnya, terima kasih. Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke 78
Tahun 2023. Semoga bangsa Indonesia, semakin sejahtera.
Di harapkan berkomentarlah sesui dengan topik, dan jangan menanamkan link aktif yang akan di anggap SPAM