sahabat
buka info yang berbahagia di kesempatan ini saya ingin share tentang betapa
pentingnya menjaga nafas kita jauh dari jangkauan rokok media informasi ini di
dapat dari http://promkes.kemkes.go.id yang mengkampanyekan Jangan Biarkan
Rokok Merenggut Nafas Kita. tidak henti hentinya selalu media promosi dimana
mana untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa rokok dapat berakibat
buruk bagi kesehatan kita maupun keluarga kecil kita nantinya.
Jangan Biarkan Rokok Merenggut Nafas Kita |
sahabat di Indonesia menghadapi ancaman akibat meningkatnya jumlah perokok, perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang sangat tinggi di dunia dan diperkirakan lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok menurut (Riskesdas 2013). Kecenderungan peningkatan merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja menurut (Riskesdas 2018) menunjukkan jika terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia kurang dari usia 18 tahun dari 7,2% berubah menjadi 9,1%.
Hari
Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap tanggal 31 Mei. Pada tahun 2019 lalu,
dengan mengangkat tema globalnya adalah Rokok dan Kesehatan Paru dengan subtema
“Jangan Biarkan Rokok Merenggut Nafas Kita”. Tema global ini dipilih untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak konsumsi rokok terhadap
kesehatan paru serta terjadinya beban penyakit yang berpengaruh terhadap indeks
pembangunan manusia.
Kementerian
Kesehatan bersama dengan Kementerian Lembaga terkait berupaya melakukan upaya
pengendalian iklan dengan pembatasan iklan rokok di Internet. Diketahui promosi
rokok di media sosial yang semakin marak dan cenderung mempengaruhi anak-anak
untuk menjadi perokok pemula. Iklan rokok di Internet telah melanggar
Undang-Undang No.36 Tahun 2009.
Dalam
berbagai riset, diketahui jika faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama
yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.
“Rokok
merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar
dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4
kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih
tinggi untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih
tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya,” ujar Menteri
Kesehatan Nila F. Moeloek pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS),
di kantor Kemenkes.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa lebih dari 40 persen perokok dunia
meninggal karena penyakit paru-paru, seperti kanker, penyakit pernapasan
kronis, dan TBC. Peringatan itu datang menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia,
di bawah slogan "Jangan biarkan tembakau mengambil napas kita."
Penggunaan
tembakau membunuh setidaknya delapan juta orang setiap tahun, menurut
Organisasi Kesehatan Dunia. Badan PBB mengatakan 3,3 juta pengguna akan
meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan paru-paru. Jumlah ini
termasuk orang yang terpapar asap rokok orang lain, termasuk lebih dari 60.000
anak balita yang meninggal karena infeksi saluran pernapasan bawah karena asap
rokok.
Perokok
memiliki risiko stroke lebih tinggi beberapa kali
Vinayak
Prasad, penjabat sementara direktur Departemen WHO untuk Pencegahan Penyakit
Tidak Menular, mengatakan kerugian ekonomi global dari penggunaan tembakau
adalah $ 1,4 triliun. Ini disebabkan oleh biaya kesehatan dan hilangnya produktivitas
karena penyakit dan biaya lain yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan
dengan merokok. Dia mengatakan hidup dan uang bisa diselamatkan jika orang
berhenti merokok.
"Kami
juga akan melihat apakah orang yang merokok, hampir 20 persen di dunia yang
merokok, jika mereka menghentikan beberapa manfaat dapat diperoleh dengan
sangat cepat, terutama untuk paru-paru. Dalam dua minggu, fungsi paru-paru akan
mulai normal," kata Prasad.
WHO
melaporkan secara global, tren merokok turun dari 27 persen pada 2000 menjadi
20 persen pada 2016. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa jumlah
pengguna tembakau di seluruh dunia tetap stabil pada 1,1 miliar karena
pertumbuhan populasi.
Kirsten
Schott, petugas teknis WHO di departemen yang sama dengan Prasad, mencatat
penurunan tajam dalam tren merokok di negara-negara kaya, dibandingkan dengan
negara-negara miskin.
"Di
beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah, tren merokok telah
meningkat. Untuk negara-negara ini, industri tembakau sedang berubah. Mereka
tahu bahwa tembakau tidak disukai di Eropa dan Amerika Utara, sehingga mereka
beralih ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan terutama
menargetkan perempuan dan anak-anak.
WHO
merekomendasikan sejumlah langkah efektif dan murah yang dapat diambil untuk
mengurangi konsumsi tembakau. Ini termasuk penetapan lingkungan bebas-rokok dan
pembatasan semua bentuk iklan, promosi, dan sponsor tembakau. Organisasi
Kesehatan Dunia juga merekomendasikan pajak tinggi atas penjualan rokok dan
produk tembakau lainnya sehingga tidak terjangkau oleh banyak orang, terutama
kaum muda.
Saat
peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Kementerian Kesehatan bulan Juli
lalu, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menjelaskan bahwa rokok merupakan
faktor risiko penyebab penyakit paling besar diantara faktor risiko lainnya.
Sebagai salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah
dengan bekerjasama dengan Kementerian lembaga terkait perihal pengendalian
iklan rokok di internet.
Sahabat
buka info mudahan dengan paparan artikel yang saya share ini dapat menyentuh
sahabat sekalian untuk dapat menjauhi rokok dan membiasakan kita untuk
menerapkan pola hidup sehat dengan secara tidak langsung kita telah membantu
memberantas penyakit tidak menular. Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk di
share kepada sahabat lainnya.
Di harapkan berkomentarlah sesui dengan topik, dan jangan menanamkan link aktif yang akan di anggap SPAM